Kawan, sudahkah kau melihat sepedaku?
Sepeda lipat namanya
Walau bukan yang termahal harganya
Aku bangga menaikinya, mengayuhnya kemana-mana
Setiap hari, setiap waktu, kukayuh sepedaku
kemanapun kumau sekehendak hatiku, sekuat dengkulku
kulintasi tanjakan-turunan-kubangan-
dengan perasaan senang berkibar-kibar
Kawan, sudahkah kau melihat sepedaku?
Kubeli dua tahun lalu di bulan empat
Sepedaku kecil bila terlipat
Jika tak kupakai, kau bisa melihatnya di situ, di samping bangkuku
Kawan, sudahkah kau puas melihat sepedaku?
Kini, kayuhlah sepedamu sendiri
bersama-sama kita membelah Jakarta
mencari peluh demi sehatnya tubuh
(Sunter 29 July 2009)
No comments:
Post a Comment