Saturday, October 31, 2009

Sehari Ini Statusku Untukmu

Senin 22 Juni 2009 adalah hari ulang tahun ke-428 kota Jakarta, ibu kota kita tercinta. Di usianya yang panjang dan tak lagi muda, tentu banyak peristiwa yang telah kita lihat dan alami juga kesan yang telah kita rasakan pada kota yang mungkin akan kita tinggali sepanjang hidup kita ini.

Lalu apa yang akan kita berikan untuknya?. Sebuah kado…tentu saja!.
Berbentuk apa kado itu?, apakah sebuah pesta gemerlap dengan pijar kembang api di udara?, arakan-arakan budaya atau iring-iringan karnaval mobil hias?. Apapun bentuknya, silahkan saja. Boleh saja.

Tapi, saya cukup puas memberi selamat pada Jakarta dengan membuat rangkaian refleksi keperdulian akan Jakarta berupa sebaris- sebaris pemikiran, ide, curahan hati sebagai status Facebook, sepanjang hari, di tanggal 22 Juni itu.

Catatan:
Kebanyakan status di FB itu, saya tulis lewat jejaring sosial Plurk. (Plurk.com). Namun, karena keterbatasan Plurk, yang hanya bisa memuat 160 karakter, membuat ada satu-dua pemikiran saya di FB terpotong. Misalnya pada status berjudul : “Sapa Suruh Datang Jakarta” juga “Jakarta dibangun dengan keringat…dst. Untuk itu saya langsung merevisinya di FB.


Rangkaian pemikiran ucapan ultah itu dimulai di pagi hari… Usai sarapan, dan bersiap untuk mandi
"Jakarta adalah…” (6:22am)

Siang menjelang. Ketika hendak keluar makan siang, jalanan depan kantor macet!. Timbul inspirasi menulis ini:
"Jakarta adalah…MACET!!!!. Di Jakarta, macet adalah sarapan, makan siang juga sekaligus makan malam!" (11:01am)

Waktu makan siang itu, di warung sate itu, terdenger lagu lawas, penyanyinya si cantik Andie Meriem Matalatta, jadi kutulis status seperti ini:
“…Lenggang lenggok Jakarta…Suka membuat orang lupa Terpikat oleh manisnya cerita Mudah jadi jutawan di sana Ribuan Mimpi-mimpi ada Menggoda Mereka Jangankan cari surga dunia Neraka dunia pun ada…(Lenggang Jakarta – Penyanyi Andie Meriem Matalatta) (11:25pm)

Setelah Andi menyanyi, bang Iwan menyusul. Menyanyi juga… dan dilalah!, lagunya pas buat menggambarkan kota kita; Jakarta.
“Jangan kau paksakan untuk terus belari, bila luka di kaki belum terobati” (Iwan Fals – Berkacalah Jakarta – Album Sugali 1984) (11.30pm)

Usai makan siang, ketika hendak pulang, Aku meliat ulah para pengguna jalanan yang serampangan dan berangasan. Mereka bertingkah laku seenaknya; berebut saling serobot tak mau kalah agar bisa bebas dari macet. Jengkel, marah dan kecewa, kutulis status seperti ini:
"Mau tahu karakter warga Jakarta?, gampang, lihat aja di jalan raya!" (11:40am)

Sepanjang jalan pulang,… hmmm…
"Kiri...kanan kulihat gedung. Tinggi...tinggi sekali" (1:14pm)

Tersendat, terjebak kemacetan. Kuputar semua kejadian sepanjang siang ini. Hasilnya…
"Rel kereta sudah lama ada. Jalur bis juga sudah ada. Jalur motor dan monorel lagi mau dibangun. Jalur sepeda?, auh ah gelap!" (2:17pm)

Dari atas mobil, kulihat tiga-empat anak kecil berbaju lusuh menatap kagum Senayan City. Entah apa yang ada di pikirannya…
"Jakarta giat membangun. Tapi..., warganya banyak yang cuma bisa manyun!" (2:20 WIB)

Lagi-lagi terperangkap macet!. Padahal jam makan siang sudah lewat. Dari KOMPAS MINGGU terbaca artikel bagus yang kira-kira isinya seperti ini:
"Jakarta 2012... Macet menghadang sejak keluar rumah. Pakai dong sepedah...:-)" (2:22 WIB)

Lepas dari kemacetan. Sempat kulihat TransJakarta yang penuh sesak. Pikiranku mencoba mengait-ngaitkannya dengan proyek-proyek PEMDA DKI yang lain, yang boleh dibilang BELUM BERHASIL!.
"Transjakarta selalu penuh sesak. Jumlah motor naik tak terkendali. Banjir masih suka datang menghampiri. Proyek monorel terkatung-katung. Sampah menggunung. Mari...Serahkan pada Ahlinya!" (2:26pm)

Hey, tiba-tiba gw inget Bang Ali!. Dialah Gubernur DKI paling kontroversial sekaligus paling sukses membangun Jakarta dari NOL!. Salah satu keputusannya yang kontroversial adalah…
“Ali Sadikin: Demi Judi, Saya Rela Masuk Neraka” Bang Ali-lah peletak dasar pembangunan Jakarta. Walau ditentang, dia terus jalan. (2:27pm)

Gak lengkap rasanya kalo ngomongin Jakarta tanpa mengutip lagunya Bang Ben, seniman besar asli Betawi…
Jakarta kebanjiran, di Bogor angin ngamuk. Ruméh ané kebakaran garé-garé kompor mleduk. Ané jadi gemeteran, wara-wiri keserimpet. Rumah ané kebanjiran gara-gara got mampet
(Lagu Kompor Meledug – Benyamin Sueb, masih relevan hingga kini untuk menggambarkan kota Jakarta) (2:27pm)


Kalo Ali Sadikin identik dengan judi, bagaimana dengan Sutiyoso?. Bang Yos adalah “Bapaknya Buswey Jakarta!”, hahaha…
Sutiyoso: “Program busway bukan untuk meniadakan kemacetan tapi memberikan pelayanan transportasi yang baik kepada masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah,". Sutiyoso Gubernur DKI Jaya Pencetus ide Transjakarta-Busway.

Memang gubernur DKI hanya Bang Ali dan Bang Yos doang?. Tentu tidak!. Berikut nama-nama gubernur DKI lainnya. Apakah Tuan-Nyonya juga tahu nama-nama gubernur kita dulu, selain Bang Ali & Bang Yos?, hehehe…
Suwiryo, Syamsurizal, Sudiro, Dr. Soemarno, Henk Ngantung, Dr. Soemarno, Ali Sadikin, H. Tjokropranolo, R. Soeprapto, Wiyogo Atmodarminto, Soerjadi Soedirdja, Sutiyoso & Fauzi Bowo (2:30pm)

Uhhh…sudah lapar lagi!. Memasuki jam-jam maut!. Mau ngemil. Ada yang tahu masakan asli Betawi?
“Roti Buaya, Asinan Betawi, Kerak Telor, Bir Pletok, Kue Kembang Goyang, Kue Satu, Mie Juhi, Soto Betawi, Toge Goren, Nasi Kebuli, Dodol Betawi, Pucuk Gabus, Pucuk Gurame, Nasi Uduk, Gado-Gado, Ketoprak, Pecak Lele, Es Selendang Mayang, Nasi Ulam, Pesmol Gurame, Semur Jengkol, Soto Tangkar, Laksa Pikul, Sambel Pete, Sambel Ikan Asin, Emping, Sambel Melinjo, Kue Lopis, Kue Cucur, Kue Pepek…apa lagi????” (2:30pm)

Menemukan berita soal Bang Yos, mantan gubernur kita, yang berkomentar tentang kota yang dulu dipimpinnya…
Jakarta adalah kota mininya Indonesia dimana terdapat keragaman etnis dan budaya, kata Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso (2:30pm)

Hmmm… memang benar sih, tapi…, aku melihat fakta dan realita lain di lapangan, seperti siang ini
“Jakarta punya segalanya, kecuali keberpihakan pada wong cilik" (2:31pm)
"Di Jakarta, yang giat berjuang, pasti menang" (2:32pm)

Jakarta itu metropolitan… setiap hari, setiap detik selalu saja ada yang dibangun…
"Jakarta terus membangun. Ikut atau tersudut?" (2:34pm)

Halo… apa kabarnya etnis Betawi?. Empatiku yang besar untuk warga Betawi asli yang kian terpinggirkan…
“Buat warga Betawi asli, Jakarta ibarat Ibu Kandung & Ibu Tiri sekaligus! (3.38 pm)

Kuteringat cerita dan sejarah tentang bagaimana Jakarta dibangun dahulu, dan merasakan bagaimana Jakarta “diisi” kini… (karena keterbatasan Plurk, maka yang termuat di status FB gw Cuma sepotong. Lengkapnya sih gini:)
“Jakarta dibangun dengan keringat, darah dan air mata. Jakarta diisi dengan air dimana-mana (kalo banjir ya… hahaha) (3.53 pm)

Melihat TransJakarta lalu membandingkannya dengan trem yang melintas di masa lalu. Tapi yang kulihat adalah banyaknya bus ngetem/berhenti sembarangan menunggu penumpang di pinggir-pinggir jalan…
“Dulu ada Trem, sekarang banyak bus yang ngetem” (maksa.com) LOL (2:39pm)

Malam belum lagi datang. Tapi aku menyadari kalau Jakarta itu tuh kota yang tak pernah tidur, selalu sibuk… selalu terjaga dan selalu berjaga buat warganya…
"Jakarta: OPEN DAILY 24 HOURS!" (2:41pm)

Urbanisasi menjadi masalah pelik buat Jakarta. Belum lagi rutinitas para komuter, yang tinggal di seputaran Jakarta tapi bekerja di dalam Jakarta, setiap harinya. Inikah yang membuat Jakarta macet?, entahlah…(Sekali lagi karena keterbatasan plurk yang hanya bisa memuat 160 karakter, akhirnya status ini pun gw revisi. Gw inget adalah lagunya Koes Plus yang pas buat ngegambarin hal ini)
“Siapa suruh datang Jakarta?” (4:05pm)
(Revisi) “Siapa suruh datang Jakarta…Siapa suruh datang Jakarta…sendiri suka sendiri rasa…edo’e sayang (Koes Plus) (5:48pm)

Aku melihat sebuah BMW melintas… Hey, bukankah itu dulu mottonya kota Jakarta?. Apakah sekarang motto ini masih dipakai?
“Moto Jakarta : BMW (Bersih Manusia & Berwibawa). Kenapa gak BMS?” (Bersih, Manusiawi & Santun) (6:22pm)

Senja mulai turun, kulihat seorang bapak tua dengan gerobak barang bekasnya…
“Berjalan di sudut-sudut Jakarta seolah menjelajah dua dunia…” (6:26pm)

Dari televisi , terdengar berita aneka program diskon di semua pertokoan mewah menyambut ulang tahun Jakarta…
“Di Jakarta banyak mal dibangun, siapa yang belanja?. Yaaa… orangnya itu-itu juga!” LOL (6:58pm)

Haruskah di Jakarta ini semuanya tentang pembangunan fisik, material dan ekonomi semata?
“To do list Pemda DKI: Perbanyak taman, gedung kesenian, museum, jalur sepeda, monorel, KA, jauhkan hipermarket dari pasar & mohon libatkan hati nurani…” (7:05pm)

Menggowes sepeda pulang ke rumah. Melihat Topeng Monyet di depan Padang Golf Senayan. Malam-malam masih juga mengais rejeki di tengah kemacetan Jakarta?. Bagaimana nasib kesenian tradisional Betawi?
Dulu perasaan ada lenong yak, di TV?. Lenong ude kagak usum bang!. Sekarang jamannya cinta-cintaan… (7:19pm)
Kapan tu Ondel-Ondel maen lagi?. Ntar bang kalo penutupan PRJ, maen lagi kalii (7:20pm)

Hanya bisa menghela nafas panjang selama perjalanan pulang...
Apa yang kau (ingin) bangun lagi Jakarta? (7:24pm)

Ketika pulang, jalanan sepi sekaligus ramai :-)
Di Jakarta… sepi tak bertepi, bising tak berujung (7:27pm)

Ketika pulang, melewati banyak nama gedung dan jalan yang telah berubah. Salah satunya…
“Mau kemane nih Mpok?. Ke Mester, belanjaaa…”
(Mester udah kagak ada lagi, diganti jadi Jatinegara) (7:37pm)


Akhirnya… apapun yang kualami, kulihat dan kudengar (sama seperti hari-hari sebelum ini, puluhan tahun lalu) aku menyadari makin mencintai Jakarta, kota kelahiran dan kota yang tak pernah kutinggalkan lebih dari seminggu ini. Sebelum tidur, sempat kutuliskan ini pada Jakarta:
“Selamat Ulang tahun ke-428 Jakarta” :-) (12.31 am)

(Sunter, 28 Juni 2009)

No comments:

Post a Comment