Thursday, February 19, 2009

PARTAI KARBOL, Bersamanya, Wangi & Bersih Di Mana-Mana

Gw baru aja diriin sebuah partai politik. Namanya “Karbol”. Singkatan?, bukan dong!, karena gw gak suka singkatan, bikin ribet dan bikin pusing!, lagian udah banyak juga kaleee singkatan-singkatan yang bertebaran di Indonesia ini.

Nama lengkap partai gw adalah “Partai Karbol”. Tapi, kalo pun rakyat Indonesia mau nama partai gw disingkat, maka tolong dong singkatin nama partai gw jadi “PAKAR”. Singkat, padat dan… kedengarannya juga intelek kan?, hahaha….


Dan jangan diartiin macem-macem ya!. Karbol ya karbol aja, seperti yang udah loe kenal selama ini yaitu “pembersih lantai berwarna putih dan berbusa seperti air sabun serta berbau harum yg dapat dipakai untuk mematikan kuman penyakit”.


Nah, karena namanya Karbol, maka paltform partai gw ini—seperti yang gw tulis di kantor kelurahan, waktu ngisi formulir pendaftaran—adalah “Menebar Keharuman atau Wangi di mana-mana sekaligus (syukur-syukur kalo bisa sih) Membasmi Kuman yang Menyusahkan Bangsa”.


Untuk lima tahun ke depan—oh ya, Partai Karbol gw diriin bukan untuk maju bertarung di ajang Pemilu 2009 ini ya, tapi untuk Pemilu 2014 nanti. Lagian kalo sekarang ikut juga udah telat kalee… dan pasti gak dianggep ama KPU—tujuan yang ingin gw raih bersama Partai Karbol cuma satu kok, yaitu “menebar keharuman di mana-mana”. Gak muluk-muluk amat dan dan gak pake bahasa yang ruwet-njelimet juga kan?.


Para kader Partai Karbol akan diterjunkan ke tempat-tempat yang berbau busuk (dalam arti seseungguhnya—yang tersurat—maupun yag tersirat) seperti di pelabuhan, teminal bis, stasiun KA dan Tempat Pembuangan Sampah Akhir Bantar Gebang dan lain-lain; pokoknya semua tempat yang mengeluarkan bau-bau busuk. Dengan berbekal ember hitam, alat pel dan cairan karbol tentu saja, mereka akan membersihkan tempat-tempat tersebut dan menyulapnya menjadi tempat yang bersih, wangi dan bebas kuman!.


Sementara untuk tempat-tempat yang berbau busuk secara tersirat, para kader Partai Karbol siap lahir dan batin diterjunkan untuk mengharumkan kembali institusi atau departemen-departemen yang selama ini dicurigai sering mengeluarkan aroma tak sedap sekaligus membasmi kuman-kuman yang membebani masyarakat. Tahu kan maksud gw?. Caranya?, maaf saudaraku, kami tidak akan membeberkannya sekarang, karena itulah sebenarnya program andalan kami di ajang Pemilu 2014 nanti, hahaha…


Untuk sementara ini gw belum sempet bikin logo tapi kalo slogan sih udah ada, yaitu “PARTAI KARBOL, Bersamanya, Wangi & Bersih Di Mana-Mana”. Cakep kan???.


Nah yang soal logo itu kalo loe-loe orang pengen dapat pahala dari Alloh SWT mungkin bisa dengan cara ngebuatin logo partai gw ini. Gw akan sangat berterima kasih sekali dan mendoakan agar si pembuat logo nanti mampu juga membuat partai politik sendiri, hahaha… gak deng!, gw doain loe mau bergabung ama partai gw deh, asyik gak?


Baiklah sob, sekian saja dulu info terkini dari gw. Mohon doa restu dari loe-loe semua agar gw diberi ketabahan, kekuatan dan kesabaran dalam menempuh “jalan yang gak bener ini”. Amin.



“Hidup PARTAI KARBOL!!!, Bersamanya, Wangi & Bersih Di Mana-Mana”

Workshop "Menemukan Ide-Ide Hebat"

Dimana Anda merasa sering mendapatkan ide?
A. Mobil B. Café C. Toilet/Kloset D. Kantor


Tepat!, jawaban terbanyak adalah di C. Toilet/Kloset!.

Dari 100 responden yang ditanyai, 87 orang menjawab toilet/kloset sebagai tempat dimana mereka sering mendapatkan ide-ide. Entah ide-ide yang segar nan brilian-cemerlang gilang-gemilang atau ide-ide licik dan busuk, pokoknya dapat ide!. Sisanya (berturut-turut) di café, mobil dan tempat terakhir adalah di kantor.

Mengapa toilet, mengapa di atas kloset?.

Karena, menurut responden, hanya di toilet-lah mereka bisa beb
as dan terbebas dari dua hal. Sambil nongkrong di kloset, mereka bebas merenung atau melamun sehingga terbuka kesempatan untuk menggali atau mendapatkan ide-ide. Kedua, terbebas dari “beban” yang menggelayuti tubuh mereka sepanjang hari, yaitu membuang hajat. Dimana lagi coba tempat yang paling pas—kalo bukan di toilet sambil nongkrong di kloset—agar bisa terlepas dari dua hal tersebut?, gak ada lagi khan???.

Di taman?, masa bisa?, selain tempatnya yang terbuka dan berisik, pikiran dan penglihatan kita pun kita pun pasti akan terganggu melihat dan mendengar
pasangan-pasangan kekasih yang cekikikan melepas “hajat” mereka sendiri.

Sisa jawaban yang lain dari hasil survey di atas gak perlulah dibahas. Males. Gak penting juga kali, tokh semua udah jelas.
Yang justru memicu otak gw adalah bahwa dari hasil survey di atas, tiba-tiba saja… eureka!, gw dapat ide!. Gw pengen bikin workshop bertema “Bagaimana Mendapatkan Ide-Ide yang Hebat”. Ide ini juga gw dapat saat gw sedang nongkrong di toilet!, hahaha…

Konsep workshop ini sebenarnya sangat simple yaitu “menghimpun orang-orang yang ingin menemukan atau mendapatkan ide-ide hebat dengan cara yang tepat yaitu sambil duduk/nongkrong di atas kloset!”.


Jenius gak sih???, belum pernah ada kan???.


Bisa dibayangkan bagaimana suasana yang akan tercipta nantinya.

Dua ratusan orang atau lebih yang hadir akan duduk di atas kloset masing-masing lalu mulai merenung dan melamun untuk mencoba menemukan ide-ide yang hebat.


Dan pada saat yang bersamaan… teriakan-teriakan “EURAKA…!”, EURAKA…!”, “EUREKA…!” akan bergema bersahut-sahutan di setiap sudut ruangan tempat workshop berlangsung saat satu per satu setiap peserta menemukan ide hebat mereka.


Dahsyat!, sungguh sangat dahsyat!


Don… loe emang jenius!


Buat temen-temen yang pengen tahu detail lebih lanjut dari workshop ini bisa kirim email japri ke gw.

Tuesday, February 17, 2009

Membership Card

Jika Anda sering berkunjung ke suatu tempat—katakanlah mal, toko buku, toko sepeda, toko distro, restoran, café, pub, pusat kebugaran dan masih banyak lagi—pasti pada kunjungan berikutnya, entah ketiga atau kesepuluh kalinya, Anda akan ditawari untuk menjadi anggota dari tempat-tempat tersebut. Dan, jika bersedia menjadi anggotanya, maka Anda akan diberi kartu yang berfungsi ganda; sebagai kartu identitas keanggotaan juga kartu diskon. Enak bukan?.

Dengan kartu
keanggotaan semacam ini, hidup Anda akan terasa lebih mudah, nyaman dan aman, karena Anda—sebagai anggota—selalu mendapat prioritas atau keistimewaan dibanding pengunjung lain yang bukan anggota.

Ketika restoran yang Anda kunjungi penuh, maka hanya dengan memperlihatkan kartu keanggotaan yang Anda miliki di resto tersebut, hup…!, dalam hitungan menit, Anda sudah bisa duduk dan memulai memesan makanan. Sementara pengunjung lain yang sudah lama antre cuma bisa menahan amarah sambil memegang kursi yang siap dilemparkan ke arah Anda!.


Di pusat kebugaran, Anda akan mendapat sebotol air mineral, selembar handuk yang senantiasa bersih
dan wangi juga keistimewaan untuk mandi sauna sampai kulit Anda melepuh!. Sementara yang bukan anggota, silahkan membawa air dan handuk sendiri dan mandi sauna di rumah!.

Di bioskop, Anda—karena anggota—sah-sah saja datang terlambat 5-10 menit setelah pemutaran telop iklan bioskop yang isinya tentang larangan menaikkan kaki ke kursi itu. Sambil membawa popcorn dan minuman (yang kadang-kadang tidak tertutup rapat) Anda bisa masuk ke kursi Anda yang kebetulan berada di tengah itu.


Pokoknya, punya kartu anggota semacam itu sungguh sangat luar biasa enaknya!.


Tapi herannya, penawaran keanggotaan ini tidak akan pernah ditawarkan di dua tempat ini : Mesjid dan Peturasan (Toliet/WC) Umum.

Di mesjid, sesering apapun dan berkali-kali Anda pergi ke mesjid yang sama untuk shalat (frekuensi kunjungan Anda akan semakin tinggi ketika bulan Ramadhan datang), Anda tidak akan pernah ditawari kartu kean
ggotaan mesjid tersebut. Mengapa?, entahlah!. Mungkin karena ibadah adalah masalah privasi jadi tidak perlu kartu keanggotaan yang bisa saja dijadikan kartu absen oleh pengurus mesjid untuk mengukur frekuensi kunjungan Anda ke mesjid tersebut. Atau barangkali Tuhan—sebagai pemilik mesjid—tidak perduli benar, apakah Anda ingin menjadi anggotanya atau tidak.

Pun
hal yang sama tidak akan Anda temukan di peturasan umum!.
Jangankah
di peturasan umum dengan desain dan kualitas kebersihan terbaik di dunia, di peturasan umum yang ada di terminal bis, bandara atau stasiun KA yang kelasnya bermacam-macam itu pun, pasti Anda belum pernah sekalipun ditawari untuk menjadi anggotanya, benar bukan?. Mengapa?, entahlah!.
Barangkali, (lagi-lagi) karena buang hajat adalah (juga) masalah pribadi, sehingga penjaga peturasan tidak merasa perlu menawari keanggotaan untuk pengunjung yang sudah menikmati fasilitas mereka.


Sebenarnya ini cara berpikir yang salah!. Harusnya mereka—pemilik peturasan umum itu—menawari Anda atau siapapun sebagai member. Dengan janji, Anda bisa mendapat prioritas dan keistimewaan bisa langsung masuk ke dalam bilik peturasan tanpa menunggu giliran dan tanpa antrean!. Ini berguna, apalagi jika sewaktu-waktu, tiba-tiba saja (semoga tidak terjadi), Anda terserang diare akut, sehingga harus dengan segera dan seketika menyelesaikan urusan Anda itu. Ha…ha…ha…


(Dharwangsa XI, 17 Febrauri 2009)

Gak Berisik, Gak Pake Getar!


Kemarin malam, setelah menanti beberapa lama, akhirnya gw dapat juga kesempatan buat nyicipin naik bajaj berbahan bakar gas (Bajaj BBG). Asyiiikkk...

Kok asyik?, apa hebatnya bajaj BBG?. Ya, gak hebat-hebat amat sih, cuma emang gw lagi kepengen aja naik tu bajaj, secara bajaj ini telah mengadopsi teknologi baru, memakai bahan bakar ga
s.

Pas membuka pintu, engselnya begitu lancar dan daun pintunya sendiri pun terasa ringan, jadi ketika ditutup, pintunya berbunyi "klik", halus sekali, begitu ringan!.


Pertama kali naik, gw merasakan kelembutan dan keempukan jok kulit imitasinya. Busa joknya tidak terlalu tebal, tapi juga tidak terlalu tipis, pas untuk menopang bokong penumpangnya. Hmmm... pantat gw jadi nyaman sekali, apalagi setelah seharian jalan dan beraktivitas. Kelembutan jok ini mungkin juga disebabkan karena suspensi bajaj ini juga masih baru, jadi mampu meredam setiap goncangan akibat melibas lubang atau polisi tidur.


Interior BBG ini juga sepertinya dibuat dengan perencanaan yang matang, semua tertata rapih pada tempatnya. Memang masih ada sekat yang membatasi penumpang dan pengemudi, tapi yang ini dibuat dengan lebih beradab yaitu tidak lagi menggunakan papan tapi sudah lembaran besi yang ditutupi semacam pelapis kulit.

Tapi..., yang paling menakjubkan adalah suaranya…
Suaranya saudara-saudara, sungguh tidak berisik, walau tidak juga bisa dibilang senyap, tapi udah lumayan jernih! (apa karena gw naiknya malam ya?). Dan satu lagi, minim getaran, sehingga ketika turun dari bajaj itu, kita tidak akan merasa menyaingi Dewi Persik apalagi Anisa Bahar!.


Gara-gara suara mesin yang nyaris tidak terdengar inilah, gw berhasil ngobrol santai sama supir bajajnya. Dari obrolan singkat itu gw baru tahu kalo ternyata bajaj BBG ini adalah salah satu program pemerintah untuk mengurangi polusi udara dan ketergantungan akan BBM. Bahwa tidak ada seorangpun yang boleh memiliki bajaj BBG kecuali supir bajaj (ini bagus, jadi tidak ada tauke atau bandar bajaj yang kadang menjerat para supir dengan aturan setoran yang melilit leher, mencekik nafas) dengan cara tukar tambah. Bajaj lama ditukar bajaj BBG. Kalo harga bajaj lama terlalu murah, maka si supir bajaj tetep kudu mencicil bajaj BBG-nya dengan cara mengangsur sejuta setiap sebulannya.


“Berat gak tuh bang?”

“Apanya?, bajajnya?, ya kagaklah Om, …bajaj ini enteng banget dibawanya!”

“Bukan!, cicilannya!”

“Oooo… ya mayan dah, tapi ketutup kok, abis orang-orang juga udah mulai suka naik bajaj BBG. Lagian saingan masih dikit Om”

“Oooo…”


Gak lama, sampailah gw di rumah dengan selamat dan tubuh tetap utuh tanpa dihinggapi efek getar!.


Pesan moral cerita ini : kalo loe mau berbincang-bincang dengan supir bajaj, mau observasi atau mo ngadain penelitian, mo ngadain survey atau malah mau merayu supir bajaj, pilihlah supir bajaj yang sudah memiliki bajaj BBG.


(Dharwangsa XI, 17 Febrauri 2009)

Monday, February 16, 2009

ROAD-ID, Si Gelang Kuningku Tak Lagi Sendiri!

Ini cuplikan beberapa komentar orang soal my Road ID, si Gelang Kuning gue:

Miss Mangdu
, kuat-berstamina berkeliling menyisiri Mangga Dua biar gak pernah beli apa-apa!:

"Gelang loe cakep, Kang!. Di Mangdu banyak tuh gw liat yang jual ginian!"


(Arkkhh...(geram) Sok tau loe! (dalam hati)... di Mangdu lantai berapa loe liat yang kayak gini???!!!!)


Mbakyu Pinky, single mother anak satu. Penggemar nomor satu segala sesuatu berwarna merah jambu, tapi paling anti kalo di-madu (ini juga alasan dia cerai ama suaminya):

"Yang pink ada gak mas?, biar gw makin pinky getu lohhh...,
hi...hi...hi..."

(Loh, ini bukan buat elo!. Kapan gw bilang mo kasih ke elo sih???)


Mbakyu Bos
, baru negur gw kalo mo ada pitching-an doang!. Ceritanya sih berlagak mo nyemangatin getu:

"Duuuu...mentang-mentang menang pitching Partai G, gelangnya juga
kuning"

(Cuih!, basa-basi banget sih?!. Padahal dia kan tau, sebelum pitching
dan waktu presentasi pitching tuh partai, gw udah pake ni gelang!)

Miss L, kaya banget tapi baik hati banget dan tidak sombong:

"Bapak Edon, aku punya gelangnya Lance Amstrong dong. Warnanya
kuning juga. Dikirimin temanku dari Amrik"

(Huuuaaaahhh... mauuuu!!!!. Lance Amstrong getu loh!. Doi kan living
legend-nya Tour de France!)

Mas Lambai, produser PH. Konon gay, tapi yang gw liat sih dia jablay!.
Di tangannya ada 2 gelang karet merah EURO CUP 2008 bertuliskan Turki & Swiss)

"Wah, jangan mas, ini kenang-kenangan Euro 2008!"


(Idih!, sapa juga yang mauuu???. Lagian team favorit gue Inggris, bukan
Turki apalagi Swiss!)

Bu Muda
, baru masuk abis cuti melahirkan. Anaknya lagi-lagi cowok!.
Yang barusan lahir, yang nomor 4, dikasih nama Adul.

"Ihhh...lucu mas gelangnya!. Kayak gelang bayi baru lahir. Eh mas, mau
gak gelangnya si Adul???"

(Hah???, lu kira gw bayi???. Udah bangkots neh...!!!. Makasi bu... tumben baek!)

Bang Saptam
, satpam salon, betawi asli:


"Napa kuning sih?, item napah!. Pan cakep tuh ama gelang bahar
engkong gw!. Nehhh..."

(Mo kuning kek, mo mere kek, urusan gue!. Nape loe nyang sibuk?. Lagian engkong gue ninggalin tane, bukan gelang bahar doang!. Gak kayak engkong loe!)


Mas Jay
, ngakunya Gay. Tapi, emah sih, abis lemah-gemulai!


"Sekiranya ada yang sedikit goldies, ke-emas-an gitu, akyu saya mau
loh mas… Mesen dongg...

(Gelang emas kaleee...!!!.. Kalo itu sih loe bikin aja sendiri di Cikini!)


Mbak Whit
(aslinya Witi. Sukanya dipanggil Whit, soalnya ngarep
kulitnya bisa putihan dikit)

"Kontras banget loh sama kulit kamu yang hitam..."


(Lah?, loe kira loe putih?. Loe kan sama itemnya sama gw!. Sok putih
loe!. Dasar item!!!)


Tapi, sekarang si Kuning gak lagi sendiri. Ceritanya gini:


Mr. P, peranakan Tionghoa-Surabaya, kuliah & kerja di Jakarta, kini
bermukim di Bogor bersama 2 puteranya dan isterinya yang manis.

"Buat elo broer, tanda persahabatan. Gw punya 2. Ni gelang cuma buat
para manajer doang"

(Hiks...so sweet...!, Thanks Mr. P untuk gelang karet "WORLD HUNGER RELIEF WEEK" hijau pupusnya)


*** belakangan gw baru tahu kalo dia bohong soal ini. Gelang seperti itu bisa dibeli semua orang dengan harga lima rebu perak doang!... dasar kampret!!!***


Gara-gara ini, si Kuning gak lagi sendiri.
Si Gak hijau pupus kini telah menemani.
Gak papa deh, kan biar ramai. Lagian udah lama si Kuning mendominasi
dan memonopoli lengan gue. Kalo ada warna lain, kan jadi makin berwarna, jadi beda, ya gak???

(Dharmawangsa, 03 November 2009)

LiveStrong, Long Live Miss L!

Sebenernya gw gak minta, cuma cerita
Gelang karet kuning “LiveStrong”-nya Lance Amstrong!


Warnanya kuning mencorong

Kontras banget ama kulit gw yang item gosong! :D

Makasi buat Miss L yang emang dasarnya baik hati dan tidak sombong


Sekarang, nih gelang udah ngelingker di tangan

Nemenin si kuning ROAD-ID yang udah nonkrong duluan


Cakep kan???

(Gelangnye, bukan gw!)


Miss L emang baik hati,

Dia bilang pengen ngasih udah lama hari,

Cuman karena dia sibuk pitching sana-sini

Baru minggu lalu die nyempetin diri


Miss L… makasiiiiii….


[Dia pasti bilang, “no problemo, oki-doki pak edon]


(Dharmawangsa, 03 November 2008)

SMS Lebaran

maaf

Ha...ha...ha...udah 3 atau 4 tahun terakhir ini, kalo Idul Fitri atau Lebaran, gw selalu ngirim SMS yang isinya cuma satu kata seperti di atas. Baik untuk membalas atau untuk memulai mengirim SMS.

Kenapa sesingkat itu, kenapa kok cuma kata itu?.

Gw balik nanya, apa saudara-saudara sekalian tidak bosan membuat kalimat panjang lebar yang belum tentu dibaca oleh si penerima?. Apa saudara-saudara tidak berpikir bahwa kalimat di SMS yang saudara kirimkan adalah copy paste dari sms yang udah ada atau yang udah saudara-saudara dapatkan sebelumnya?.

Kalau pun saudara-saudara menulisnya sendiri, apakah tidak merasa letih-lesu-lelah?.

Apa sih sebenarnya makna dari Idul Fitri?, minta maaf tokh?, ya... sudah... tulis aja "MAAF". Gitu aja kok repot!, wuakakak....

Btw, kalo Lebaran nanti dapat SMS ini dari gw, please, balesannya yang kreatif ya. Gw lagi nunggu balasan SMS yang kreatif nih. hahhaha...

...maaf...

(Dharmawangsa, 03 November 2008)


SMS Ngurus KTP

“KTP saudara berlaku s/d 27 Oktober 2008. Mohon diperpanjang segera".
“Maaf saya lupa, siang ini saya segera urus ke Kel. Sunter. Terima kasih”


Idenya sih cuma pengen ngurus KTP doang, yang emang udah abis masa berlakunya.

Tapi kalo ijinnya pake sms biasa ke bos gw, yang orang kreatif itu, pasti gw dianggep gak kreatip dong!, ntar gw didepak lagi!. Ya, sudah biar dibilang kreatif (minimal buat gw sendiri) ya gw nulisnya kayak gitu, hahahaha...

Gw tulis dan kirim SMS ini ke team kreatif gw plus ke mbakyu traffic gw jam 8-an, sekalian minta ijin gak masuk kantor karena gak tahu, tukang ketik di Kelurahannya udah datang apa belum... hehehehe...

Kalo dipikir-pikir sebaiknya memang pihak kelurahan sudah saatnya mulai mengirim SMS Alert kayak gini ya, supaya warganya jadi tertib aturan dan hukum, wuakakak....

(Dharmawangsa, 03 November 2008)

SMS Live Report

[LIVE REPORT]: Puncak hari ke-2 macet total. Hujan rintik-rintik. Batal deh ke Taman Safari. Hiks!

Pas Lebaran hari kedua, gw terima SMS ini dari seorang teman lama. Kayaknya teman gw yang satu ini masih terobsesi pengen kayak Rosiana Silalahi, hehehhe... SMS kok Live Report?, salah kaprah kaleee...

Tapi gak papa, gw suka semangatnya menyebarkan informasi yang gak penting ini, karena dia tahu gw gak kemana-mana.

Hmmm...barangkali dia iseng nulis sms ini buat 1000 temannya untuk mengusir jenuh saat terjebak macet?, gak papa juga sih!. Dari pada dia misuh2, marah-marah kan bisa jadi stress!

Hidup Live Report!

(Dharmawangsa, 04 November 2008)


Menembus 500!

Saat ngegowes sendirian pulang dari kantor tanggal 10 Nopember 2008 lalu, di depan Balaikota DKI Jakarta, pukul 20.55 WIB, cyclometer si Wittypitty pas nyentuh di angka 500!. Dahysat???, gak juga… cuma senang aja!.

Sebenarnya sih, mungkin udah nunjukkin angka 700 atau 800 km. Cuma
dulu sempet sok tau pasang sendiri, padahal khan rumit banget… pas udah kepasang tuh cyclometer kok kayaknya ada yang salah…, eh, bener, ternyata settingan parameternya salah, kekekek… asem!.

Padahal udah semingguan dipasang di stang, kalo diitung-itung kasarnya sih sekitar 200 KM, karena khan jarak rumah-kantor kira-kira 40 KM pp. Kalo di kali 5 hari aja khan pas tuh 200 KM. Semprulll!!!

Ya udah, akhirnya datang berobat ke Rodalink Kelapa Gading
Boulevard, minta dipasangin ama menkaniknya. Masangnya sih gratis, soalnya emang gw belinya cyclo itu di Rodalink, tapi Rodalink yang di Mal Artha Gading.

Dalam sekejap tuh cyclometer udah kepasang dengan sempurna!. So,
cyclometer itu bener-bener berfungsi pas pulang dari RL Kelapa Gading itu. Tanggalnya?, gw lupa!. Tapi yang jelas, jadi dihitung dari awal lagi…dari nol KM lagi, hiks…

Tapi…., walau bagaimana pun…tetap gw senang, tetap gw bangga,
mengingat buat orang yang sepedahannya cuma deket-deket doang; buat orang yang baru sepedahan dua tahun doang (dari tahun 2006); buat orang yang nge-gowesnya santaaiiiii….banget kayak tukang somay, angka 500 km udah top banget tuh!.

Semoga ntar bisa mencapai angka sepuluh ribu atau bahkan seratus
ribu KM!. Tapi… kalo… kalo nih ya, cyclometernya masih berfungsi dengan baik atau kalo sepedahnya gak dicolong orang, wuakakak…

(Dharmawangsa, 18 Desember 2008)

Sekarang 1500!

Pagi itu, Sabtu 13 Desember 2008, jam 10-an WIB, saat lagi ngegowes susah payah, ngos-ngosan, di atas jembatan Kampung Rambutan-Cijantung menuju ke Kampus Fakultas Ilmu Budaya (d/h Fakultas Sastra) Universitas Indonesia Depok, cyclometer Wittypitty menunjukkan angka 1.500 KM!.

Jarak ini berhasil gw tempuh karena memang frekuensi ngegowes gw lumayan sering, boleh dibilang tiap hari kerja malah!!. Gimana enggak, 5 hari dalam seminggu!. 3 harinya gw gowes p.p. 40 KM-an (Sunter-Dharmawangsa), sementara dua hari sisanya cuma sekitar 20 KM p.p (Sudirman-Dharmawangsa). Karena dalam dua hari itu gw kudu dan harus pulang pergi bareng sama isteri yang berkantor di Gedung BRI 2 Sudirman, sekalian nagsih kesempatan wittypitty dan badan gw buat istirahat sejenak, kekekek…

Sayangnya gw lupa mencatat kapan yang seribu KM itu terjadi, abis terlalu asyik bersepedahan sih… terus juga kayaknya pas lagi riweuh-riweuhnya sama kerjaan jadi gak sadar kalo udah nyampe ke angka seribu itu. Tapi rasanya sih mungkin itu terjadi (yang seribu KM) di akhir bulan Nopember atau awal Desember deh…

Ya gak apa-apa-lah, nanti kalo udah nyampe dua ribu KM akan gw catat dan tulis deh… kapan ya itu terjadi….????

(Dharmawangsa, 18 Desember 2008)

Nape Gak Loe Aje?

"Neng...nong...neng...nong..."

Di atas seli, di depan perlintasan KA Senen, nunggu kereta lewat.

Di samping gw ada seorang biker naik Mega Pro.


Biker : "Lama mas, terobos aja!, kan naek sepeda ini!"

Gw (dalam hati): "Napa gak loe aja?!, emang enak kelindes kereta!"

Neng...nong...neng...nong.
..
(lima menit lebih nih alarm bebunyi terus, ampe budeg kuping gw!)

(Dharmawangsa, 20 Januari 2009)

@Circle K Panglima Polim

Parkir seli di Circle K Panglima Polim.
Masuk ke dalam toko, langsung nyamperin kasir.


Gw : "Samsoe satu, Marlboro merah satu, mbak"

Mbak Kasir : "semuanya... (ting...tong...suara cash register)

Mbak Kasir : "Eee...masih ngerokok aja, pak?, percumah dong sepedahan?"

Gw : "Glek! (nelen ludah), makasi mbak..."


Buka pintu, ambil seli, ngeloyor pergi...

(Dharmawangsa, 20 Januari 2009)

Gak Pantes Woiii...!!!

Gw sering ngegowes kemana aja pake si wittypitty, gak cuma ke kantor doang. Ke warung rokok yang jaraknya cuma 1 menit jalan kaki; ke rumah mertua yang tinggal sekomplek dan jaraknya cuma 2-3 blok; ke ITC Cempaka Mas yang jaraknya 3 KM-an bahkan kadang ke rumah nyokap di Jakarta Timur. Semuanya gw lakukan dengan bersepeda.

Pernah sekali waktu, hari Sabtu kalau gak salah, gw niat bersepeda ke rumah nyokap. Pagi-pagi jam 6-an gw udah start. Udara cukup cerah waktu itu, jadi gw gowes santai aja, ceritanya mau nikmatin udara pagi.


Karena nyantai dan gak ada target jam berapa kudu nyampe, ya udah gw ambil rute muter-muter, masuk nyelusup ke perkampungan (maksudnya pemukiman deng...hehehehe...). Dari Perempatan Coca-Cola, masuk ke daerah Pulomas, Kayu Jati trus nantinya ke Klender dst.


Ketika di Pulomas, gw melintas di sebuah SMP negeri (gw lupa SMP berapa, tapi SMA-nya kalo gak salah SMA 21). Di depan SMP, itu banyak anak-anak SMP yang mau masuk ke sekolah. Suasananya cukup ramai... karena takut nabrak, gw bunyiin bel seli gw, ting...ting...


Wah... sambutannya cukup meriah!. Anak-anak itu surprise banget ngeliat gw (ngeliat sepeda lipet gw kaleeee...hehehehe).

Mereka teriak-teriak dan berkomentar...

"Wuiihhh...sepeda lipet tuh...!"
"Kereeeeen ...!!!"
"Cakep dahhh..."
"Orang bike to work tuh!"
"Om, sepedanya bagus!!!"


Gw seneng banget dapat sambutan kayak gitu, mangkak dah hati gw!!!.
Hmmm... emang loe bener banget boys...
wuakakakak...


Tiba-tiba ada satu anak yang nyeletuk,
"Iya, keren, tapi... gak pantes!, masa gedean orangnya daripada sepedanya!"


"Ha...ha...ha...."

Gw ngakak denger celetukan yang ini.


Wussss...wusss... gw langsung ngebejeg si wittypitty, kabur aaahhhh...


Dasar bocah!

(Dharmawangsa, 20 Januari 2009)

"Sekalian Mas...!"

Jumat pagi tanggal 16 Januari 2009 pukul 07.00 WIB, Sunter sudah diguyur hujan lumayan deras. Tapi karena sudah bertekad bulat mo ngegowes ya udah hujan pun diterabas!.

Sepanjang perjalanan menuju kantor di kawasan Dharmawangsa Kebayoran Baru, hujan tak henti-hentinya mengguyur tubuh. Alhasil... selain badan gw jadi kuyup, si wittypitty juga ikutan kotor!, penuh bercak, kekekek...


Lebih kurang sejam kemudian, sampai deh di kantor. Karena masih pagi, gw kepikiran buat nyuci sepeda di halaman kantor (soalnya gw pernah liat temen-temen sekantor yang lain juga sering nyuci motornya di situ).


Dengan masih berpakaian sepeda dan bercelana pendek, gw mulai bekerja... byur...byur... gw mulai membasahi si wittypitty dengan air lalu sret...sret... mengelap dan mengeringkannya...


Lagi asyik-asyiknya bekerja (gw konsen banget ngebersihin si wittypitty sampai autis gak perduli sapaan temen-temen sekantor), tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara motor berhenti (tapi mesinnya masih nyala), terus terdengar suara langkah kaki mendekat,


"Mas, sekalian bersihin motor gw ya!", suara berat laki-laki dengan gaya setengah memerintah terdengar di telinga gw!.


"Hah???", gw bengong... gak bisa ngomong!!!

(Bujugggg... dikira gw OB kali ya???, Arrkkhhh....@#*^^$@**!!!)


(Dharmawangsa, 20 Januari 2009)

Bukan Suami Gue!

Ciittt... !!!
Ban sepeda lipet gw mencicit di aspal jalan depan kantor, karena tiba-tiba aja ada sepeda motor nyalip, trus berhenti persis di depan gw!.

Anjrit!!!, gw mangkel banget!. Gw udah mo semprot tuh si pengendara ama penumpangnya...
Eits...!!!, gak jadi deh... ternyata penumpang motor itu, cewek, teman sekantor gw!.
Ya udah... dengan manisnya gw terpaksa menyaksikan adegan mereka berdua.

Si penumpang, temen gw itu, turun dari jok belakang; dia membuka helmnya, lalu sambil tersenyum dia menyerahkan helm itu ke si pengendara motor..., terus, si temen gw langsung aja pergi, masuk ke dalam pelataran kantor.

Pas mo absen, gw ketemu temen gw itu lagi. Gw tanya dia (berlagak akrab):
"Kok tadi gak cium tangan sih?"
"Hah???, cium tangan ama siapa??"
"Ama suaminya...!, kan biasa kalo abis dianterin terus cium tangan"
"Plok!!!, (gw dipukul pake koran!), sialan loe!, itu bukan suami gw!, itu tukang ojek langganan gw, tahu!"
"Duuuh... yeee... maaf... mana gw tahu..."
(pantesan tadi dia langsung pergi gak pake bayar segala. Oh, udah langganan kali ya??)

Sejak itu gw gak mau lagi menyapa temen-temen cewek gw yang dianterin pake motor, ngeri ditabok lagi!

(Dharmawangsa, 05 Januari 2009)

Obama?, Oh...ya???

Terpilihnya Barack Hussien Obama (47 tahun) sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44 memang sensasional dan fenomenal. Bagaimana tidak?, karena setidaknya dia telah menciptakan dua rekor; pertama menjadi presiden kulit hitam pertama bagi Amerika Serikat dan meraih dana kampanye paling besar sepanjang sejarah kampanye politik di Amerika Serikat.

Seluruh dunia menyambut gembira kemenangan Obama. Beragam tanggapan positif dilontarkan. Sorak-sorai kemenangan dinyanyikan. Puja-puji dilontarkan. Intinya, mereka semua berharap Obama akan membawa perubahan, membawa dunia lebih baik lagi. Amerika Serikat akan menjadi negara yang lebih santun, lebih demokratis dan membawa perekonomian Amerika Serikat yang terpuruk menjadi sehat kembali sehingga krisis ekonomi yang melanda dunia segera sirna.


Tapi..., apa memang sebegitunyakah kita berharap?, sepanjang itukah kita menaruh asa, harapan dan beban dunia semua melulu di pundak Obama?. Apakah benar Obama akan membuat dunia lebih damai?, Amerika Serikat tidak lagi akan menjadi polisi dunia?, apakah resesi akan hilang setelah Obama jadi presiden?.


Eits, tunggu dulu... gak semua pertanyaan dan pernyataan di atas bisa dijawab dengan benar!.


Obama menjadikan Amerika Serikat lebih santun dan tidak lagi menjadi polisi dunia?.

Simak media massa sehari setelah Obama terpilih menjadi presiden. Di sana Obama bilang, "Iran harus menghentikan program nuklirnya". Kata "harus" dari mulut seorang presiden Amerika Serikat getu loh!, biasanya sih, biasanya loh, ujung-ujungnya ngajakin perang. Dengan kata lain, Obama mo bilang, "Heh, Iran lo mo berenti kagak?, kalo kagak, tanggung sendiri deh akibatnya!". Hehehe... baru sehari udah mulai ngancem neh!


Ekonomi dunia membaik gara-gara Obama naik?.

Belum tentu juga!. Sampai sekarang kita tidak tahu siapa tim ekonominya Obama. Kalau pun tahu, kita butuh waktu cukup lama untuk merasakannya. Memang harus diakui perubahan itu memakan waktu. Tapi, apapun yang keluar dari Amerika Serikat adalah "magma" bagi dunia. Krisis sekarang ini kan semua awalnya di Amerika Serikat. Siapa yang salah, kita (negara-negara lain) yang kena getah!. Kalau tim ekonominya Obama lemah, krisis ekonomi dunia juga akan makin terpuruk.


Di Indonesia, dimana Obama juga banyak memiliki pemuja, euforia itu terus bergema. Ada yang berencana menjadikan rumah masa kecil Obama di kawasan Menteng Jakarta Pusat sebagai museum. Ada yang menulis bahwa Barack Obama adalah "berkah"sesuai akar kata namanya, yang berasal dari bahasa Arab, "Barakoh". Pokoknya semua gembira, semua sumringah dan berbunga-bunga!!!. Bahkan Presiden RI, SBY pun, konon katanya, akan melewat ke Amerika Serikat. Ngapain?, meneketehe!, hahahaha...


Sekali lagi, jangan terlalu banyak berharap dah!. Kalo kata ABG jaman kiwari, "biasa aja kaleee..."

Gembira boleh, senang juga silahkan, tapi jangan berlebih-lebihan!. Belum tentu semua harapan kita terwujud cuma gara-gara Obama jadi Presiden Amerika Serikat. Lagian terlalu memuja juga gak baek!. Ntar kalo gagal kita kecewa, balik memaki-maki, balik memusuhi, hehehehe....

Obama... oh ya??? (masih tanda tanya neh!), hehehehe...

piss ah!
(Dharmawangsa, 12 November 2008)

Gimana Ngejawabnya?

Di depan lampu lalin di depan Patung Arjuna Wiwaha (Gedung Indosat Monas).
Di samping gw seorang biker pakai Yamaha Mio.


Biker : "Enak ya bisa sepedahan. Kerjanya santai ya mas?. Kok diem sih mas?"


Yeee...gimana mo jawab, dodol!, loe gak liat gw pake masker!

wuakakak...


(Dharmawangsa, 20 Januari 2009)

Kapan Gowesnya, Pak?

Pukul 23.15 WIB, abis lembur, karena mobil kantor lagi gak ada sebiji pun, sementara mo gowes, gw males en takut (hi...hi...hi...).

Y
a... udah terpaksa nyetop taxi.
"...Ciiitttt..."


Taxi putih berhenti.

Gw : "Tolong bagasinya, pak..."


Sambil nolong
masukin seli gw ke bagasi, si abang ngomong:
"Kok dilipet pak, kapan genjotnya?"


"Braaakkk!!!"

Gw tutup tuh bagasi!


(Dharmawangsa, 20 Januari 2009)

Banjir yang Membawa Berkah (Percaya Gak?)

Ternyata banjir itu gak harus selalu disikapi dengan pasrah.
Kalo mau berusaha, sedikit bersusah-payah, ternyata banjir itu bisa loh membawa berkah!.
Seperti yang gw alamin kemarin lusa.

Karena daerah gw dilanda banjir (gak parah-parah amat sih, cuma bajaj dan ojeg aja pada males tuh beroperasi), gw mutusin ngegowes ke kantor. Karena banjir, maka hari itu gw gowes gak pake sepeda lipat, tapi pake sepeda gunung. Karena banjir juga, gw cuma berkaos oblong belel, sandal gunung butut, celana pendek plus helm, gw siap membelah derasnya banjir (Nabi Musa kaleee...).

Pelan-pelan gw gowes sepeda gw (ternyata berat juga ya nerobos genangan air sebetis itu :D), sambil berusaha menghindari kerumunan anak kecil yang malah lagi asyik-asyiknya main air (jadi siapa yang bilang banjir bikin sengsara?, anak-anak ini enggak tuh!), semeter... dua meter... dengan penuh semangat 45 gw gowes terus sepeda gw.

Alhamdulillah... gak lama sampai juga gw di ujung gang, pas di tepi jalan raya, yang anehnya gak kena banjir.

Tapi, ya ampunnn... sandal gunung gw penuh sampah!!!

Ada kantung kresek item, dedaunan, serpihan kayu sampai potongan kain yang gak jelas juntrungannya!. Wah, gak bener nih!, pantesan gak enak ngegowesnya.

Gw turun dari sepeda berusaha untuk membersihkan sandal gunung gw.
Tangan kanan pegang stang, sementara sambil setengah merunduk, tangan kiri gw nyabutin sampah-sampah yang menjijikan itu. Lagi asyik-masyuknya bekerja, terdengar suara...

"Bang, ke Cempaka Mas ya, berapa?"

"Hah???"

Di depan gw, berdiri seorang perempuan muda berwajah manis kinyis-kinyis minta diboncengin!!!

Wuahahaha... apa bukan berkah tuh namanya????

Hari itu, detik itu juga, gw langsung ngebayangin betapa bahagianya jika menjadi seorang tukang ojeg sepeda...


(Dharmawangsa, 20 Januari 2009)

CFD 25 Januari 2009 Bagian 1 : "Sering-Sering Dong..."

Lagi enak-enaknya gowes santai di acara Car Free Day (Hari Bebas Mobil) di depan Universitas Atmaja, di sebelah gue tiba-tiba muncul seorang laki-laki 30-an dengan sepeda gunung yang muahaallllnya minta ampun lengkap dengan segala atribut bersepedanya (yang branded pula!).

...Kring...kring...


"Halo Om, ikut Bike to Work juga?"

"Iya..."

"Capek, Om?"

"Hhhh..., enggak kok, lagi gowes santai aja"

"Ooooo..biar gak cepet cape, bike to work-nya harus sering-sering om, kayak saya deh, minimal 3 kali seminggu!. Kalo om berapa kali seminggu?"

"Eeee... cuma 5 kali seminggu"

"Hah??!!!"


Si om fancy dandy ini gelagapan denger jawaban gw. Entah malu atau apa, si om ini langsung bilang gini:
"Eh, om duluan ya, temen-temen udah nungguin saya nih..."

"Kring....kring...”


“He...he...he... tukang siomay lo tanya!”


(Dharmawangsa, 26 Januari 2009)

CFD 25 Januari 2009 Bagian 2: "CFD = Cafe Dehhh..."

Setelah puas gowes berkeliling jalur CFD (Thamrin - Sudirman), gw masuk ke Jl. Sabang mau cari sarapan. Di sudut perempatan nemu seorang tukang bubur ayam yang keliatannya enak banget (soalnya banyak orang dan bajaj nongkrong di depan tuh gerobak bubur).

"Buburnya satu bang, jangan pakai kacang"

"Ya, mas"

"Emang udeh selesai kar fri dey-nye, mas?", tanya seorang bapak tua ke gw.

"Belum pak, masih lama kok, sampai jam 2 nanti"

”Buburnya mas"

"Oh ya makasi, mari makan pak"

"Iye. Situ enak ye, bisa sepedahan. Buat kite-kite nih, orang-orang kecil, kar fri dey, ce-ep-de, artinye bukan hari bebas mubil, tapi cafe dehhh..."

"Nyam-nyam...(mencoba menikmati bubur ayam panas), hmmm, maksudnya pak?"

"Iye, bayangin aje ama mas, pegimane kagak capek??, udeh jam segini belum juga dapet sewa!. Bisa-bisa ampe siang nih kayak gini. Tekor!, orang-orang kagak ada yang mau pergi ke Thamrin ame Sudirman, kan mubil kagak boleh pade lewat. Ce-ef-De...Cafe Deeehh..."


"Glegggkkk..."

Asli!, mendengar penuturan si bapak itu, bubur ayam ini berasa paiii....iiiitttt banget!.

(Dharmawangsa, 26 Januari 2009)

CFD 25 Januari 2009 Bagian 3: "Tiap Hari Kayak Gini Ya...?"

Untuk melepas lelah, gw parkir sebentar di depan air mancur Patung Selamat Datang. Di sebelah gw udah duduk seorang bapak setengah baya dengan sepeda lipet klasiknya (seli tahun 80-an kali).

Iseng-iseng gw ajak ngobrol tuh bapak tentang selinya. Lama juga kami berdua berbincang-bincang, akhirnya gw ajak beliau agar mau ikutan juga bersepeda ke kantor, apalagi setelah tahu jarak dari rumah ke kantornya lumayan dekat.


"Ya udah pak, dimulai aja bike to worknya Selasa besok. Pake sepeda ini juga oke kok. Antik loh sepedanya, pasti nanti jadi pusat perhatian orang..., lagian jarak rumah ke kantor juga dekat, sayang kalo ngebis atau ngojek"


"Maunya sih gitu dik, tapi...saya malu. Sepeda saya kan udah tua dan jelek gini. Beda sama orang-orang itu, sepedahnya baru-baru dan mahal-mahal. Mereka tiap hari kan bike to work-nya?"


"Hmmm...eee....eee...."


(Masa sih tiap hari?, gw kok gak pernah liat yaa???, bukannya cuma weekend dan pas ada CFD doang???, hehehe...)

(Dharmawangsa, 26 Januari 2009)

Pas 2000 di Kantor!, Seneeeeng...Banget!

Pagi ini, Kamis 29 Januari 2009, gw agak siang gowes ke kantor, sekitar pukul 07.15 WIB dari biasanya yang pukul 05.30 atau 06.00 WIB.

Sebelum berangkat, biasalah, gw cek kondisi sepeda; ban, rante, gir, pedal bahkan sadel; biar aman dan nyaman selama ngegowes. Gw cuma nambahin minyak Singer buat rantai biar semangkin loncer pas ngegowes nantinya. Ok, bagian-bagian sepeda udah beres, sekarang giliran cyclo. Eh, ternyata di cyclo sudah menunjukkan angka 1981.7, artinya gak lama lagi pasti akan mencapai angka 2000.

"Hmmm... nyampe di angka dua ribunya, dimana ya???", batin gw.

Dengan semangat agar bisa cepat menembus angka keramat 2000, gw ngambil rute sedikit memutar-mutar, gak tentu arah, hehehe...

(Dharmawangsa, 29 Januari 2009)

Dari rumah, gw gowes ke arah Bungur menuju Senen. Di underpass dan lintasan KA Senen, lalu lintas padat banget, susahuntuk lewat. Tapi untungnya setelah rel kereta suasana sepi. Tadinya gw mo ke arah Raden Saleh-Cikini (mo makan bubur ayam lagi), eh, tapi di depan bisokop Senen, lampu lalin menyala hijau, ya sudah, gw nyebrang, trus sambil nuntun sepeda di atas trotoar, gw jalan kaki nyebrang ke arah Kwitang.

Dari Kwitang ke arah Patung Pak & Bu Tani lalin lancar. Tapi di depan Gedung PPM, lagi-lagi lalin padat, gw terpaksa beberapa kali harus meliuk-liukkan badan di antara dua jajaran mobil biar bisa lewat, karena di jalur lambat, bajaj dan motor kelewat banyak.

Mesjid Cut Mutia, Hotel Sofyan, ke arah Taman Menteng sepi banget, karenanya gw bisa gowes 23 KM/jam. Gw bener-bener menikmati jalur ini, sudah sepi dari kendaraan motor, udaranya masih bersih dan cuaca yang mendung berawan menambah kenikmatan gw menggowes si wittypitty.

Taman Menteng (Surapati), Rumah Pak JK, Mesjid Sunda Kelapa... lewatttt... wus...wus...
Hehehe..., tapi gak lama karena ada Fly Over Kuningan!.

Waduhhhh... di depan ada Kopaja ngetem!. Gw kudu nunggu tuh Kopaja turun baru gw bisa gowes. Bukan apa-apa, kalo barengan nanjak ama tuh Kopaja, bisa-gw bisa tertahan sama badannya yang gede!. Ujung-ujungnya gw pasti ngos-ngosan!. Untung tuh Kopaja gak lama ngetemnya.

Pelan-pelan gw coba gowes lalu ketika mulai menanjak, gw coba naikin kecepetan tapi dengan kayuhan yang konstan. Hoh..hoh...hoh.. nyampai juga di atas puncak fly over, huaaahhhhh.... ambil nafas euy! (untung gw pake masker, kalo enggak ketahuan tuh gw ngos-ngosan, hahaha...)

Setelah meluncur deras ke arah Kuningan, gw coba menggowes dengan kayuhan dan kecepatan konstan menyusuri jalur lambat jalan raya Kuningan. Rata-rata cuma 23 KM, dan cyclo sudah menujukkan angka 1992.7 KM. Untungnya masih agak pagi, jadi lalin juga tidak terlalu padat. Gw bisa gowes dengan konstan sampai di depan pompa bensin deket Gedung Ariobimo.

Selepas itu, di depan gw, lalin kembali padat. Kepikir waktu itu, mo putar balik di depan Gedung Depkes mengarah ke Jl. Denpasar, tapi gak jadi ah... karena antrean mobil yang ingin berputar arah panjang juga ya...

Ya udah, gw coba menembus Jl. H.R. Rasuna Said yang pagi itu begitu padat dengan menempatkan posisi gw di sebelah kanan atau pas di tengah-tengah jepitan dua mobil. Ini gw pikir posisi yang aman dan menyenangkan, karena gw gak harus "bersentuhan" dengan motor-motor yang buanyakkkknya minta ampun itu!.

Beberapa kali gw harus "berdansa" meliuk-liukkan badan di antara dua mobil agar tidak menyentuh body atau spion mobil. Hehehe... enak juga melakukan yang kayak gini, kebayang orang-orang yang di dalam mobil itu pasti gondok melihat aksi gw atau...malah kagum ya, hahaha...

Tendean sampai Wijaya juga lancar...

Di depan Hotel Dharmawangsa, cyclo sudah menunjukkan angka 1998.7 KM, waduh dikit lagi nih nyampe 2000...

Pelan-pelan, gw gowes si wittypitty menuju kantor, soalnya mata gw gak pernah lepas dari cyclo, hehehe...

Di depan kantor gw, terlihat angka 1999.5 KM, yaaaa... gak pas nih!. Waduh... bingung gw!. Terpaksa gw muter lagi... Belum genap satu putaran cyclo-nya sudah menujukkan angka 2000!, padahal posisi gw 300 meter dari kantor, itu pun gw ada di seberang (di depan kantor gw ada kali). Mate gw!.

Terpaksa sepeda gw angkat, gw gendong... termasuk pas melintas di atas jembatan depan Farabi, hehehehe...

Sampai depan kantor, langsung deh gw abadikan momen penting ini dengan kamera handphone jadul gw...

Akhirnya, nyampai juga gw di angka 2000 KM, hahaha.... senengnyaaaaa...

(Dharmawangsa, 29 Januari 2009)
.

Biasa Naik Motor Sih, ...Om!

Di jalan Gunung Sahari III pagi ini. Antrean kendaraan menunggu lampu lalu lintas lumayan padat. Mobil dan motor berjejer gak rapih. Posisi gw kira-kira ada di belakang 10 mobil.

Di depan gw udah ada seorang pesepeda dengan MTB-nya.
Gw buka masker untuk mencoba berkenalan. Ternyata om satu ini baru pertama kali gowes ke kantor.
"Wahhh, selamat ya Om!"


Lampu hijau menyala..., semua kendaraan pelan-pelan bergerak maju,

"Tet...tet... tet...", suara klakson motor dan mobil bersahut-sahutan gak sabar.

"Kring...!, ...kring...!, ....kring...!, ...kring...!, ...kring...!, ...kring...!, ...kring!"


Waduh!, om di sebelah gw juga ikut-ikutan membunyikan bel sepedanya!
. Berisik banget!!!. Tapi percuma, karena kita cuma bergerak sekitar 5 meteran, dan posisi kita berdua masih juga dalam antrean menunggu lampu lalu lintas.

"Lebih baik gak usah bunyiin belnya Om, semua juga mo maju kok", saran gw ke si om itu.


Sambil cengar-cengir si om ganteng ini bilang,

"Maklum...Om, biasa naik motor"

"Ooooohhh..."

(Dharmawangsa, 30 Januari 2009)

Beri horrrr....mat!

Suasana di jalan Veteran Raya pagi ini benar-benar ramai. Banyak joki 3 in 1 nongkrong di tengah jalan. Tukang jajanan, dari roti sampai batagor, nangkring di trotoar.

Ada juga beberapa laki-laki berbadan tegap berambut cepak memakai training pack hijau lumut berjalan ke sana ke mari. Mereka ditemani beberapa perempuan ayu bertubuh atletis dengan seragam yang sama.

Gw gowes sedikit melipir mendekati trotoar, di depan gw (kira-kira 3 meteran) ada dua perempuan ayu berseragam hijau lumut berjalan mendekat.

Pas di depan gw, mereka tiba-tiba memberi hormat, beri horrrr...mat, grak!
"Hah???"

Merasa gak salah orang, ya gw balas dong hormat mereka sambil mengangguk-anggukan kepala dan tersenyum semanis mungkin (masker lagi gw lepas tuh)

"Tet... tet... tet..."

Suara klakson mobil di belakang gw menganggu "kegembiraan", aaaah... siapa sih???

Pas nengok ke belakang, eh, ternyata ada sebuah sedan hijau dengan plat mobil yang ada "bintang"-nya memberi lampu sein ingin membelok.

Maju semeteran, gw baru sadar, kalo itu adalah gedung milik Angkatan Darat!.
Ha...ha...ha...ha....
Pantessssss....

(Dharmawangsa, 30 Januari 2009)

Ada Apa di atas Trans Jakarta

Mau tahu pemandangan khas apa yang terjadi di Trans Jakarta (TJ) di pagi hari?.
Penumpang berjubel?, itu sih biasa!.

Penumpangnya kebanyakan cewek?. Gak juga, laki-laki juga banyak kok!

Terus apa donggg...???


Hmmm... Ada tiga pemandangan khas yang berhasil gw amati selama ini.


Pertama, semua penumpang laki-laki (yang duduk ya) pasti memejamkan matanya!.

Entah benar-benar terlelap tidur karena kecapekan atau karena sudah "terpaksa" bangun pagi-pagi.
Ataaaauuuuu... malah pura-pura tidur, karena gak mau ngasih tempat duduk buat cewek-cewek yang berdiri bergelantungan, hehehe...

Kedua, beberapa penumpang yang duduk (baik yang lelaki--yang gak tidur tapi matanya terpejam--dan perempuan) pasti memakai earphone/headphone di telinganya. Mereka menghibur diri mendengarkan musik untuk mengusir kejenuhan selama menempuh perjalanan dengan TJ (yang jalannya lamaaa banget dan gak 100% bebas hambatan ini)


Ketiga
, semua penumpang yang berdiri bergelantungan itu selalu bermuka masam, jutek, bete... pokoknya, mukanya gak ada yang cerah deh!. Ada sih satu-dua penumpang yang mukanya cerah-ceria. Tapi itu juga gak banyak, bisa diitung dengan jari deh. Kalo pun mereka ceria, biasanya mereka memang udah saling kenal atau sibuk bertelepon dan ber-SMS ria dengan telpon genggamnya (ada juga yang pake Blackberry loh! :D).


Terus, masalahnya apa?

Gak ada masalah sih sebenarnya. Cuma, batin dan pikiran gw jadi terusik gara-gara ngeliat pemandangan kayak gini. Gw kok ngerasa ada yang salah ya dengan fenomena ini. Salah, dimananya???


Gini loh:

Pertama, ternyata adanya TJ tidak mengubah kebiasaan, tabiat, karakter atau apalah dalam diri para penumpang itu. Dulu, saat mereka naik bus atau metro mini mereka bisa cuek--tetap duduk--padahal banyak cewek yang berdiri. Sekarang, setelah ada TJ, kelakuan mereka tetap sama, gak mau berbagi tempat duduk!. Taunya dari mana?, ya itu tadi berlagak tidur atau pura-pura tidur. "Kalo mata gw ketutup, berarti gw lagi tidur dong, gak mau diganggu dong", begitu kira-kira isi hati penumpang yang cuek bebek ini.


Kedua, para warga DKI penumpang TJ ini gw rasa bener-bener gak produktif dan gak kreatif.

Bayangin aja, masa selama perjalanan satu sampai satu jam setengah cuma diisi dengan hal-halyang tidak produktif ; tidur mendengukur dan hanya melulu mendengarkan musik sih?. Kenapa gak diisi dengan membaca--koran, majalah, komik atau e-book sekalian? (ini khusus buat para penumpang yang duduk itu ya, kalo yang berdiri jelas gak bisa baca, wong berdiri aja udah desak-desakan kok!) ). Kenapa harus tidur getu loh?, tokh udah sempet tidur 5-6 jam sebelumnya, masa mo tidur lagi sih???. masa cuma dengerin musik doang???

Ketiga, TJ bukan (masih belum) menjadi moda transportasi yang aman, nyaman dan menyenangkan.
Buktinya, masih (selalu setiap hari!) para penumpang berdesak-desakan di atas TJ, bahkan juga ketika menunggu di halte (di semua halte loh!). Kedua, para penumpang itu juga jelas-jelas sudah teraniaya dan terperdaya. Mereka tadinya berharap dengan naik TJ mereka akan otomatis dapat tempat duduk, bisa aman dan nyaman selama perjalanan, eh, nyatanya enggak kan??, makanya muka mereka rata-rata jutek bin bete, hehehe...

So, terus harus gimana dong?

Ya, gak gimana-gimana. Kalo udah kepalang basah naik TJ dan ngadepin kondisi di atas, ya pasrah aja deh. Cuma...kalo bisa, kalo bisa nih ya... coba deh isi perjalanan ber-TJ ria itu dengan hal-hal yang produktif. Misalnya:

  1. Usahin ketika naik dan turun TJ, wajah tetap sumringah, senyum terus mengembang. Siapa tahu kalo wajah kita "cerah" gitu kita dapet jodoh, hahaha...
  2. Isi perjalanan dengan membaca. Mo baca koran kek, komik kek, atau malah baca stensilan kek, yang penting baca!, karena kan kita jadi lebih produktif dan kreatif. Apalagi kalo kita (berlagak) baca koran bahasa Inggris atau jurnal-jurnal ilmiah, waaahhh... pasti cewek yang duduk atau berdiri di samping kita bakalan tertarik tuh ama kita!, hahahaha... (padahal apa yang dibaca juga gak ngerti!).
  3. Buat yang cowok, prioritaskan tempat duduk untuk kaum hawa. Kalo udah duduk, terus ada cewek yang berdiri, ya mbok ngasih tempat duduknya. Mo ceweknya muda, setengah baya atau tua sekalian, biarkan mereka duduk. Bukan karena mereka kaum yang lemah ya, bukan itu!. Siapa tahu, kita bisa kenalan ama tuh cewek!, hehehe... Syukur-syukur bisa "jadian". Kalo usia tuh cewek seumuran, bisa jadi pacar atau selingkuhan. Kalo wanita setengah baya, siapa tahu dia punya anak perempuan yang bisa dipacarin. Begitu juga kalo ama nenek-nenek, siapa tahu dia neneknya Luna Maya???, siapa tahu loh!?. kalo kita kasih tempat duduk kitabuat tuh nenek, siapa tahu tuh nenek mo ngenalin ama cucunya (yang moga-moga bener Luna Maya). Hari gene siapa sih yang gak mau ama Luna Maya?, wuakakak...
  4. Boleh aja dengerin musik pake earphone, tapi... lagunya jangan yang itu-itu terus dong!. Bosen gak sih?. Sesekali dengerin juga genre musik lain. Kalo biasanya pop, besok gantian dengerin campur sari. Yang sehar-hari dengerin metal atau hardrock ya mulai besok, coba deh selingkuh dengerin keroncong. Biar gak bosen dan loe makin kreatif getu loh!.
  5. Sesekali copot deh tuh eraphone. Biarkan i-pod, mp3player atau hadphone loe berbunyi sekeras-kerasnya, biar semua orang sebis TJ tahu warna musik loe kayak apa. Misalnya lo lagi denger lagu-lagunya Bang Haji Rhoma. Didenger sendiri emang asyik, tapi kalo didenger semua orang, kan jadi lebih berwarna!. Siapa tahu semua orang, sebis TJ, pada begoyang dangdut!. Lumayan loh buat menghibur penumpang yang bete itu. Itu namanya lo udah beramal saleh. Iya khan???.
  6. Terakhir, selalu berdoa pada Tuhan, semoga loe bisa nemuin kejadian-kejadian yang unik, aneh atau lucu kayak gue. Biar loe gak bete!, hehehe...

Terinspirasi menulis ini gara-gara seminggu terus-menerus berdiri di atas TJ.
Sompret, sob!

(Dharmawangsa, 05 Februari 2009)

Menjadi Tua itu Berkah, Belagak Muda itu Musibah!

Di angkot M 01
Seorang pria paruh baya terus-menerus melirik-melirik ala A. Rafiq ke cewek muda yang duduk di sebelahnya sambil tersenyum-senyum genit (sebenarnya malah jadi kayak bandit!). Si cewek jadi sewot;

“Heh!, … dasar tua bangka gak tahu diri loe!, ngaca donggg… loe tuh udah bangkotan tau!”


Di sebuah reuni SMU angkatan lawas
, dimana para pesertanya sudah beranjak tua;

“Hei, loe tuh gak berubah ya, masih keliatan muda aja!”

“Hi..hi…hi.. makasi ya Ren, eh, tapi masa sihhh???” (GR mode on)

“Iya, swear deh!, minum apa sih loe?”


Di depan cermin, sambil dipeluk dari belakang oleh suami tersayang
,

“Emang aku udah tua banget ya Cin…???”

“Hmmm… gak kok sayang… kamu masih terlihat muda kok!”
(entah si suami emang sayang beneran atau dia muji sambil mikirin isteri tetangga yang muda nan jelita menggoda mata itu).


Pernah nemuin atau denger kalimat yang kayak gitu gak?. Atau setidaknya mirip-mirip deh?. Bukan ke elo sih, tapi mungkin ke temen elo atau siapalah. Kalo pernah syukur, kalo enggak, juga gak apa-apa. Cuplikan kalimat di atas bisa jadi emang pernah loe alami (berarti fakta) atau cuma sekadar imajinasi gw aja (jadi cuma fiksi). Cuplikan percakapan di atas itu cuma sekedar kalimat pengantar doang kok. Bukan itu yang mau gw omongin, yang mau gw bahas. Tapi, lebih ke arah esensi dari pernyataan, pertanyaan di atas, “emang kenapa kalo jadi tua, kenapa sih pengen selalu keliatan muda terus?, emang malu ya kalo disebut tua?, atau hidup kita jadi susah ya kalo dibilang tua?”


Perasaan takut menjadi tua, atau setengah tua, atau menjelang tua lumrah terjadi dalam diri manusia. Siapa sih yang rela dibilang “tua loe!”, pasti gak ada mau kan!?. Nenek gw juga pasti ngamuk kalo dibilang begitu!. Padahal dia udah tua loh, sumpah!, ama gw aja beda 40 tahunan, hehehe…


Kata “Tua” itu jadi momok yang menakutkan karena kata itu identik-melekat dengan konotasi negatif. Tua itu jelek. Tua itu menjadi pikun. Tua itu berarti perut loe jadi gendut-membuncit. Tua itu membuat kepala loe botak setengah atau botak seluruhnya, di depan atau di bagian belakang kepala. Tua itu keriput, kulit loe kisut. Tua itu menjadikan diri loe gak ganteng (lagi), gak cantik (lagi), gak semenarik waktu masih muda dan remaja. Pokoknya tua itu negatif. Tua itu gak produktif. Tua itu akhir. Tua itu titik. Habis. The End. Tamat. Selesai.


Tapi apa masa iya loe takut dibilang tua?, apa iya loe mesti malu dibilang tua?. Gak perlu lah!.

Menurut gw menjadi tua adalah anugerah, sebuah berkah, hadiah yang terindah (kayak judul lagu aja) dalam hidup kita.

Tahu gak sih, dengan menjadi tua, sebenarnya Tuhan sayang sama elo. Lo udah dikasih kesempatan sama Tuhan buat berubah. Jadi lebih baik; jadi lebih alim; jadi lebih kalem; jadi lebih sayang anak bini sendiri (gak lagi ke anak bini orang lain, apapagi ke ABG, hahhaa), lebih rajin beribadah; lebih mawas diri karena sebentar lagi loe bakalan mati… hahaha… Nah, apalagi yang kurang coba???.


Coba kalo sekarang loe gak dikasih kesempatan menjadi tua, misalnya, Tuhan cuma ngasih umur loe di angka 25-30 tahunan, mendadak loe mati; loe wafat; loe koit; loe meninggal dunia dalam keadaan belum bertobat?, meringis loe di neraka!, Gak mau kan loe?,… makanya, nikmatin aja masa-masa menjadi tua itu!.


Sebenarnya, yang paling bahaya adalah perasaan gak nyadar diri, bahwa walaupun sudah menua (secara fisik, stamina, juga mental dan jiwa) eh, tapi masih juga merasa muda… dengan cara yang salah pula!, kayak jadi pecicilan, genit gak ketulungan, atau malah norak kampungan!.

Ini sih musibah, ini bukan lagi berkah!. Malapetaka Sob!, cilaka loe kalo ngerasa begitu, hahaha…

Penampilan luar emang bisa loe ubah, loe modifikasi, loe make over.
Semua yang berbau tua diumpet-umpetin, disembunyiin, dilipet sana-sani, dikosmetikin biar keliatan tetep muda.

  • Kulit muka loe tarik sana-sini, lewat operasi plastik berkali-kali, biar kulit keriput-kisut loe ilang dalam sekejap,
  • Loe pake celana jeans di bawah pinggul mamerin CD totol-totol loe (padahal itu karena celana loe udah gak muat lagi ama pinggang loe yang udah bertumpuk lemak dan gak kompak ama perut loe yang buncit segede drum),
  • Loe cet rambut loe atau loe kasih highlight biar uban loe gak keliatan,
  • Loe nahan nafas kalo di depan para gadis muda biar perut terlihat rata,
  • Rambut dibelah tengah, biar bagian kepala yang sisi kiri kanan yang udah sedkit membotak itu, terlihat agak samar. Atau loe pakai topi, baret, pet, biar terlihat keren, padahal botak loe udah parah banget!
  • Loe pake asesoris masa kini, semisal rantai dompet, kalung, anting, gelang tangan, gelang kaki, dari berbagai ukuran dan metarial kayak besi, perak, baja, titanium, padahal loe sadar loe gak suka terlihat “bling-bling” dan mencolok mata.

Tapi…

Ada yang gak bisa loe ubah Sob!.

Ada yang gak bisa loe boongin Bro!.

Ada yang gak bisa loe tutup-tutupin Bos!, yaitu hati nurani loe sendiri!.


Emang lo bener-bener bahagia kalo disebut awet muda?, gak keliatan tua?.
Emang loe bener-bener tahu kalo temen loe udah ngomong?. Siapa tahu dia cuma basa-basi, padahal sebenarnya dia tuh cuma mo nyela loe doang!. Loe aja yang ke-GR-an.

Yang rugi siapa?, elo!, bukan dia!. Loe rugi karena termakan sanjungan semu, puja-ujian buta, padahal faktanya enggak!. Kalo udah kemakan tuh puji-pujian gitu, bukan gak mungkin loe akan merasa “terbang ke langit ketujuh” gak nginjek bumi lagi. Jebakan betmen tuh Sob!


Terus, mo bawa kemana hidup loe?


Mending, loe mensyukuri aja apa yang udah Tuhan berikan ke elo, daripada loe coba-coba mengubah takdir loe dengan cara-cara yang aneh dan nyeleneh. Berabe bos… gak nyaman deh!.

Percaya deh, kalo loe hidup dengan sikap pasrah-berserah diri pada yang Maha Kuasa, hidup loe akan jadi lebih mudah, akan jadi lebih indah.

  • Tuhan ngasih loe uban… loe terima aja, karena yakin deh, masih ada kok ABG yang suka pria tua beruban! (kalo ABG aja masih suka, apalagi yang sebaya, hahaha…). Ingat, Sean Connery itu udah botak, beruban pula, tapi dia masih jadi incaraan dan pujaan cewek segala ukuran dan segala usia loh!, hahahaha….
  • Tuhan ngasih loe kulit keriput dan kisut, gak apa-apa… , karena dengan begitu, biaya hidup loe jadi lebih murah, gak perlu lagi keluar duit buat beli krim pengencang kulit yang harganya lebih mahal dibanding kursus Kumon anak loe.
  • Tuhan memberi loe perut buncit-pinggang berlemak?, ya udah terima aja, mo gimana lagi?. Itu kan karena salah loe juga kan?, yang suka makanan padang sampai nambah berpiring-piring, trus udah gitu juga karena loe emang males olahraga.
  • Tuhan mengaburkan mata loe, itu juga bagus!. Artinya loe udah harus mulai berhenti mengkonsumsi stensilan dan mulai sekarang kalo mo liat cewek dari jarak deket aja, minimal 5 cm deh!. Dijamin…., loe bakal ditabok ama tuh perempuan!, hahaha… Kalo udah ditabok, masa loe gak kapok??
  • Tuhan menyedikitkan rambut di kepala loe, bagus juga!, karena dengan begitu loe gak usah sering-sering main panas-panasan di luar sana. Minimal loe gak sok-sokan ikutan ngejar-ngejar layang putus lagi deh!. Entar kalo pingsan atau mimisan, siapa coba yang mo nolong???
  • Tuhan melemahkan fisik loe?, gak apa-apa… terima aja. Itu artinya Tuhan ngasih batasan ke elo biar loe gak lagi berlagak kayak Samson atau Rambo yang ngerasa bisa kuat ngesex berjam-jam tanpa bantuan obat-obatan, hahaha…
  • Tuhan membungkukkan punggung loe?, bagus dong, itu kan jadi senjata buat elo, biar loe bisa duduk nyaman sentosa bahagia sejahtera kala loe naik kendaraan umum. Gw jamin sampai tahun berapapun, yang namanya “Kakek-Nenek” itu pasti dikasih duduk tempat!.
  • Badan loe mulai gemetar saat melintas di depan bar, panti pijat atau klub?. Gak apa-apa, jangan takut, karena itu berarti Tuhan pengen loe gak pergi lagi ke tempat-tempat kayak gitu. Tuhan mau loe sekarang pergi ke rumah-rumah ibadah, ke mesjid, ke gereja, ke pura, ke kuil dan lain-lain.
  • Tangan loe begitu berat saat pengen nyawer ke penari ronggeng atau penyanyi dangdut orkes tunggal?. Itu artinya Tuhan pengen tangan loe, duit loe, kepake buat nyumbang panti-panti asuhan, anak-anak terlantar, pengemis dan gelandangan.

Masih banyak lagi yang lain yang loe bisa tambahin sendiri dengan sedikit “merenung”.
Saat loe bisa nambahin daftar gw di atas, maka loe pasti akan mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan ke elo. Saat itu juga loe pasti setuju ama gw kalo dikasih kesempatan “menjadi tua itu berkah yang indah”.

Tapi…
Terserah elo sih, loe ini yang jalanin hidup loe, bukan gw.
Hidup ini kan cuma melulu soal pilihan-pilihan.

Loe mo menyikapi usia loe, yang menjelang senja dan menua ini dengan bijksana, boleh.
Atau loe tetep keukeuh maksa pengen keliatan muda terus…, juga boleh!.
Itu hak loe sob, gw gak maksa, hehehe…


Jelang sore, di kedai kopi asing,

“Halo... sendirian ya, boleh saya temani?. Saya Raka, kamu …”

“Ihhh…, ngapain sih nih aki-aki kenalan ama kita-kita!”


Mampus gak loe!

(Dharmawangsa, 10 Februari 2009)

Headline Warta Basi Indonesia : "LAGI, PESEPEDA JADI KORBAN TABRAK LARI!"

Warta Basi Indonesia, Jakarta

Hari Rabu, 11 Februari 2009 terjadi peristiwa cukup tragis yang menimpa seorang pesepeda di depan jembatan penyebrangan Trans Jakarta di kawasan Sarinah Thamrin. Pesepeda yang diketahui berinisial IM (39) alias "e" alias SMB, mengalami luka-luka cukup serius di sekujur tubuhnya, namun masih mampu bangkit berdiri dan tersenyum ("Sebenernya sih die ngeringis-ngeringis dulu nahan sakit, eh, pas ngeliat banyak orang, die jaim kali ye, die tersenyum tuh!, ha...ha...ha...", demikian kesaksian seorang pejalan kaki yang kebetulan berada di lokasi kejadian saat itu).

Kombes Drs. Edon Suredon, MH, LL, MCK, WCU dari CSI (Crime Scene Investigation) SUNTER, yang menangani peristiwa ini, menyebutkan bahwa kecelakaan ini terjadi akibat penumpang taksi putih tidak hati-hati ketika hendak turun. Si penumpang langsung membuka pintu tanpa melihat ke segala arah memastikan tidak ada kendaraan atau orang di sekelilinginya.


"Melihat luka yang dialami korban yaitu luka memar dan lebam di paha kanan atas korban dan lutut kanannya yang sobek sekitar 3 cm menunjukkan bahwa korban SEBENARNYA TERHANTAM oleh PINTU TAKSI YANG DIBUKA SECARA TIBA-TIBA oleh penumpang taksii putih, jadi bukan karena korban MENABRAK atau TERTABRAK. Ini PENTING saya jelaskan agar TIDAK PIHAK-PIHAK yang menyudutkan atau menyalahkan korban", demikian penjelasan Kombes Edon Suredon.


“Kami sendiri sulit menanyai pelaku karena ternyata setelah menabrak atau terjadinya peristiwa ini taksi dan penumpangnya langsung ngacir. Korban pun tak sempat melihat nomor identitas taksi kecuali warna taksinya yaitu taksi berwarna putih. Tapi jangan takut, kami tetap menyelidiki kasus ini sampai tuntas…tas…tas! dengan melihat jejak ban taksi putih di aspal. Dari jejak ban tersebut kami yakin bisa menangkap pelakunya”, demikian penjelasan tambahan (yang sangat panjang lebar) dari Kombes Edon Suredon.


Dari BAP (Berita Acara Pemeriksaan) yang dikeluarkan CSI SUNTER, yang berhasil kami salin, terlihat kronologi kejadian sebenarnya sebagai berikut:


  • Setelah berhenti di lampu lalin perempatan depan Jakarta Theatre, korban menggowes sepedanya pelan-pelan menuju ke arah Bunderan HI. Tepat di bawah jembatan penyebrangan Trans Jakarta, korban mengaku melihat di depannya sudah berjejer rapi bis Mayasari Bakti, sebuah taksi putih diikuti sebuah taksi biru.
  • Korban tetap menggowes sepedanya pelan-pelan di jalur paling kiri. Untuk mengindari taksi biru, korban mengaku telah membunyikan bel sepedanya berkali-kali. Usahanya berhasil, karena taksi biru itu lalu berhenti sejenak. Tapi karena jarak taksi biru dan putih terlalu dekat, dan banyak kendaraan bermotor lainnya di jalur kanan, korban mengurungkan niatnya untuk menyalip dari kanan dan tetap di jalur paling kiri dekat trotoar. Begitu mendekati bagian belakang taksi putih, pintu belakang (pintu penumpang) kiri terbuka dengan tiba-tiba, maka...terjadilah tumbukan itu!. Korban mengaku dirinya seolah-olah didorong dan terhempas, lalu meluncur deras di atas trotoar.
Korban "e" sendiri menolak diwawancarai karena langsung pergi menaiki taksi Blue Bird setelah sebelumnya melipat sepeda putihnya itu ke dalam bagasi taksi. Menurut koran lain (koran saingan kami), korban memang sedang ditunggu kehadirannya di kantornya karena akan memimpin rapat dewan direksi.

Pelajaran moral yang didapat dari peristiwa ini adalah, sebaiknya semua pihak menghormati aturan berlalu lintas dan semua pengguna jalan raya agar tidak terjadi kecelakaan yang merugikan semua pihak (edon supedon, reporter Warta Basi Indonesia nomor urut 007)


Warta Basi Indonesia, pertama dan satu-satunya harian ibukota yang menyajikan berita basi atau berita yang sudah lewat yang tidak diliput oleh media massa lainnya.

(Dharmawangsa, 13 Februari 2009)