Tuesday, February 17, 2009

Gak Berisik, Gak Pake Getar!


Kemarin malam, setelah menanti beberapa lama, akhirnya gw dapat juga kesempatan buat nyicipin naik bajaj berbahan bakar gas (Bajaj BBG). Asyiiikkk...

Kok asyik?, apa hebatnya bajaj BBG?. Ya, gak hebat-hebat amat sih, cuma emang gw lagi kepengen aja naik tu bajaj, secara bajaj ini telah mengadopsi teknologi baru, memakai bahan bakar ga
s.

Pas membuka pintu, engselnya begitu lancar dan daun pintunya sendiri pun terasa ringan, jadi ketika ditutup, pintunya berbunyi "klik", halus sekali, begitu ringan!.


Pertama kali naik, gw merasakan kelembutan dan keempukan jok kulit imitasinya. Busa joknya tidak terlalu tebal, tapi juga tidak terlalu tipis, pas untuk menopang bokong penumpangnya. Hmmm... pantat gw jadi nyaman sekali, apalagi setelah seharian jalan dan beraktivitas. Kelembutan jok ini mungkin juga disebabkan karena suspensi bajaj ini juga masih baru, jadi mampu meredam setiap goncangan akibat melibas lubang atau polisi tidur.


Interior BBG ini juga sepertinya dibuat dengan perencanaan yang matang, semua tertata rapih pada tempatnya. Memang masih ada sekat yang membatasi penumpang dan pengemudi, tapi yang ini dibuat dengan lebih beradab yaitu tidak lagi menggunakan papan tapi sudah lembaran besi yang ditutupi semacam pelapis kulit.

Tapi..., yang paling menakjubkan adalah suaranya…
Suaranya saudara-saudara, sungguh tidak berisik, walau tidak juga bisa dibilang senyap, tapi udah lumayan jernih! (apa karena gw naiknya malam ya?). Dan satu lagi, minim getaran, sehingga ketika turun dari bajaj itu, kita tidak akan merasa menyaingi Dewi Persik apalagi Anisa Bahar!.


Gara-gara suara mesin yang nyaris tidak terdengar inilah, gw berhasil ngobrol santai sama supir bajajnya. Dari obrolan singkat itu gw baru tahu kalo ternyata bajaj BBG ini adalah salah satu program pemerintah untuk mengurangi polusi udara dan ketergantungan akan BBM. Bahwa tidak ada seorangpun yang boleh memiliki bajaj BBG kecuali supir bajaj (ini bagus, jadi tidak ada tauke atau bandar bajaj yang kadang menjerat para supir dengan aturan setoran yang melilit leher, mencekik nafas) dengan cara tukar tambah. Bajaj lama ditukar bajaj BBG. Kalo harga bajaj lama terlalu murah, maka si supir bajaj tetep kudu mencicil bajaj BBG-nya dengan cara mengangsur sejuta setiap sebulannya.


“Berat gak tuh bang?”

“Apanya?, bajajnya?, ya kagaklah Om, …bajaj ini enteng banget dibawanya!”

“Bukan!, cicilannya!”

“Oooo… ya mayan dah, tapi ketutup kok, abis orang-orang juga udah mulai suka naik bajaj BBG. Lagian saingan masih dikit Om”

“Oooo…”


Gak lama, sampailah gw di rumah dengan selamat dan tubuh tetap utuh tanpa dihinggapi efek getar!.


Pesan moral cerita ini : kalo loe mau berbincang-bincang dengan supir bajaj, mau observasi atau mo ngadain penelitian, mo ngadain survey atau malah mau merayu supir bajaj, pilihlah supir bajaj yang sudah memiliki bajaj BBG.


(Dharwangsa XI, 17 Febrauri 2009)

No comments:

Post a Comment